22 Juli 2009

transportasi makanan pada tumbuhan

Suatu Malam...Ketika terjadi diskusi kecil antara aku dan Syifa tentang pentingnya makan, tiba-tiba, Syifa menanyakan apakah pohon makan juga, aku menjelaskan kepada Syifa kalau tumbuhan juga makan. Dia setengah tidak percaya, bagaimana pohon bisa makan padahal dia diam ditempat. Akhirnya dia bertanya bagaimana cara pohon makan. Aku berusaha menjelaskan bahwa pohon makan melalui akarnya, akarnya ini bisa mengambil sari-sari makanan dalam tanah melalui air yang ada didalam tanah. Tapi penjelasanku masih belum dimengerti Syifa, bagaimana bisa akar mengambil air dalam tanah...Akhirnya aku mengajak Syifa melakukan percobaan menggunakan pohon pacar air...Betapa senangnya dia, tapi karena hari sudah malam dan aku sudah mengantuk aku bilang ke Syifa, percobaannya besok aja, pagi-pagi kita cari pohon pacar airnya...

Keesokan paginya, meski masih jam enam pagi, Syifa semangat sekali, dia ternyata tidak lupa tentang pohon pacar air....Bu, ayo kita cari pohon pacarnya...!!!
Alhamdulillah, di sini banyak pohon pacar tumbuh secara liar. Tidak susah untuk mendapatkannya. Kami mengambil dua buah pohon pacar yang masih kecil. Tugas yang kedua adalah mencari pewarna makanan, karena pewarna makanan di dapur telah ludes oleh Syifa, maka dia bertugas mencari diwarung..Tapi ternyata pemilik warung tidak menjual pewarna makanan dan Syifa pulang dengan wajah kecewa...Ayo Bu, kita kepasar...ujarnya bersemangat. Waduh, pasar jauh, gimana dengan Iqo? Akhirnya pewarna kita buat dengan melarutkan isi spidol berwarna biru tua. Percobaan dilakukan jam sembilan pagi dan pohon pacar sudah layu. Air diisi kegelas dan ditambahkan warna biru dari spidol, salah satu pohon dimasukkan kegelas yang telah terisi air berwarna biru tersebut. Syifa mengamati terus pohonannya yang sudah layu. Dia agak surprise coz pohon yang layu sekarang segar bugar kembali. "Bu, kok pohonnya jadi tegak?? Beda sama yang ini", dia menunjuk pohon yang terkulai lemas. Nah kesempatan nih, ujarku dalam hati, "ya itu Nak, kalau kita tidak makan, badan kita akan lemas, layu seperti pohon itu. Coba kamu lihat, bagusan mana pohon yang layu ini atau pohon yang segar di gelas itu?" ujarku. Syifa tersenyum, "ya, bagusan yang segarlah, yang layu ini jadi jelek." "Nah sekarang kamu masukin deh pohon yang layu itu, kasihan dia." Tak berapa lama, kedua pohon telah segar bugar. Syifa masih sering menengok pohon pacarnya. "Bu, terus apa yang terjadi? Cuma begini aja??" Aku yang sudah ngantuk karena sudah siang, akhirnya membujuk Syifa untuk tidur dahulu baru nanti dilanjutkan cerita tentang pohon yang makan." Syifa setuju....
Jam dua siang Syifa dah bangun dan masih bingung sama pohon pacarnya itu. Akhirnya aku ambil pisau untuk memotong motong pohon pacar. Ketika aku sedang memotong bagian pohon yang dekat dengan akar, Syifa nyletuk, "Bu, emang boleh ya pohonnya kita potong-potong?" Aku senyum-senyum aja, "boleh dong, kan kita motongnya bukan untuk mainan tapi untuk melihat apa yang terjadi di dalam batang pohon ini." "oh...kalau untuk kayak gituan Alloh ga akan marah ya." tanya Syifa lagi. "Insya Alloh ngga kok, inikan untuk sesuatu yang berguna"
pas batang telah terpotong terlihat di penampang batang warna biru berupa titik-titik membentuk lingkaran. "Nah Syifa lihatkan, ada warna birunya. sekarang kita potong lagi ya bagian yang lainnya." Aku memotong batang pohon pacar hingga menuju pucuk pohon. Setiap sayatan pohon terlihat titik-titik membentuk lingkaran dipenampang pohon tersebut. Syifa agak terkejut. Dia akhirnya mengerti kalau pohon bisa menyerap sari-sari makanan melalui air tanah yang diserap lewat akar kemudian bisa naik keatas menuju daun. Akhirnya aku sekalian menjelaskan kalau akar pohon bisa menahan air dalam tanah, makanya kita juga harus menanam pohon biar kalau hujan air hujan bisa ditahan oleh akar pohon dan kita tidak kebanjiran. Percobaan ditutup dengan aktivitas mengulek tumbuhan pacar air tersebut untuk dijadikan kutek oleh Syifa....